Artikel Refleksi:
Modul 1.4.a.10.1 Aksi Nyata – Budaya Positif
Oleh: A2.2. Muhammad Akbar
1. Latar Belakang
Dalam membangun budaya positif yang
berpihak pada murid, terlebih dahulu harus mengembangkan visi bersama tentang
apa yang ingin dicapai sekolah dengan melihat hal-hal positif yang sudah
berhasil di sekolah. Ini memberikan landasan untuk membangun visi bersama bagi
komunitas sekolah yang berpusat pada diri murid dan pemberdayaannya. Langkah
untuk mendukung pemikiran dasar ini adalah memutuskan pihak yang dapat diajak
diskusi mengenai cara bagaimana sekolah dapat membawa visi tersebut menjadi
kenyataan. Olehnya itu dalam penerapan rancangan aksi nyata yang saya lakukan
saya awali dengan membangun komunikasi dengan seluruh komponen dan stake
holders yang ada di sekolah.
Beberapa wacana yang dibangun dalam
komunikasi yakni berhubungan dengan visi sekolah yang dikembangkan yang harus mendukung
hal-hal yang terkait dengan penciptaan lingkungan belajar yang ramah murid
yaitu tempat yang di dalamnya baik murid, pendidik, maupun orang tua merasa
dihargai dan didukung; serta tempat yang dapat membuat murid merasa bebas untuk
mengekspresikan pandangan mereka dan didorong penuh untuk mencapai potensi yang
mereka miliki, pengajaran dan penguatan positif yang bertujuan untuk membangun
hubungan yang saling peduli dan menghormati, kebijakan dan strategi untuk
mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima yang melibatkan semua pemangku
kepentingan yaitu, pendidik, orang tua, murid dan manajemen sekolah. Hal-hal di
atas jelas memperlihatkan bahwa untuk membangun budaya positif, keterlibatan
guru, murid, manajemen sekolah dan orang tua sangat diperlukan. Semuanya harus
bahu membahu dalam membangun budaya positif di sekolah.
2. Deskripsi Aksi Nyata
Dari beberapa aksi nyata yang direncanakan untuk diterapkan
dan menjadi budaya positif di sekolah, budaya positif yang paling menonjol
diterapkan yakni budaya LISA (Lihat Sampah Ambil), budaya gotong royong - kerja
sama, Budaya Literat, 3S (Salam, Senyum, Sapa) serta budaya 4M dalam rangka
pencegahan penularan Covid-19. Sedangkan budaya religious dan berakhlak mulia
serta budaya Tabe’ sudah merupakan budaya lokal yang terintegrasi dalam
kehidupan sehari-hari seluruh warga sekolah khususnya peserta didik.
Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan positif di
lingkungan sekolah menjadi lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, bersih dan
mendukung suasana pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah. Adanya keinginan untuk
saling bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan di sekolah, bergotong
royong sesame warga sekolah, terbangunnya budaya literasi dengan penyediaan
pojok baca di setiap ruang yang strategis baik di ruang kelas, dll. Selanjutnya
budaya 3S yang senantiasa diterapkan oleh seluruh stake holders dan warga
sekolah yang memberikan suasana nyaman yang mendukung proses kegiatan yang
positif di sekolah. Budaya 4M (Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak,
dan menghindari kerumunan) juga senantiasa diterapkan selama masa pandemi.
Beberapa alasan penerapan aksi nyata sebagaimana diuraikan
di atas yakni mengingat bahwa berbagai macam budaya positif di sekolah yang
saat ini sepertinya kurang diimplementasikan dalam proses interaksi di sekolah,
sehingga mendorong penulis untuk kemudian menyusun kembali rumusan
budaya-budaya positif yang tentu relevan dengan kearifan lokal dan kebiasaan
yang ada di sekolah dengan tujuan menciptakan iklim dan suasana belajara yang
nyaman, lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran yang berpihak pada
peserta didik dan terbangunnya hubungan yang baik diantara warga sekolah.
3. Hasil dari Aksi nyata yang
dilakukan
Adapun
tolok ukur keberhasilan dari aksi nyata yang dilaksanakan ini yakni peserta didik dan seluruh warga
sekolah bisa menerapkan budaya positif yang dicapai melalui kesepakatan kelas
secara konsisten dan berkelanjutan dan terwujudnya pembelajaran yang
menyenangkan yang berpihak pada murid sebagai salah satu hasil positif yang
diperoleh dalam pelaksanaan aksi nyata tersebut.
4. Pembelajaran yang didapat
Dari
pelaksanaan kegiatan ini penulis mendapatkan banyak pembelajaran diantaranya;
a. Kegagalan; beberapa tahapan pelaksanaan dalam rancangan
aksi nyata tidak bisa dijalankan sesuai dengan rencana yang sudah disusun
dikarenakan beberapa kendala khususnya masih berlangsungnya pembelajaran jarak
jauh (PJJ) dimasa pandemi yang membuat kurang terbangunnya komunikasi antar
warga sekolah khususnya peserta didik sebagai sasaran program.
b. Keberhasilan; beberapa hal yang dilakukan sudah sesuai
dengan rancangan aksi nyata dengan tolok ukur terlaksananya budaya positif yang
bisa diimplementasikan dalam kegiatan warga sekolah.
c. Hal yang tidak sesuai dengan rancangan aksi nyata;
hal-hal yang belum sesuai dengan rancangan aksi nyata disebabkan oleh waktu
pelaksanaan yang bertepatan dengan akhir tahun pelajaran dan dimulainya tahun pelajaran
baru dimana banyak kegiatan lain yang juga harus dilaksanakan di sekolah
diantaranya penilaian akhir tahun dan penerimaan peserta didik baru.
5. Rencana perbaikan (RTL)
Dalam rangka perbaikan pelaksanaan aksi nyata ini, perlu dilakukan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan, dengan menganalisa kegagalan dan kekurangan serta hal positif apa yang sudah dilakukan dalam penerapannya. Selanjutnya menyusun rencana perbaikan dan rencana tindak lanjut dalam rangka meminimalisir kekurangan dalam rancangan aksi nyata sebagai upaya mewujudkan implementasi budaya positif di sekolah dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan dan berpihak pada peserta didik dalam lingkungan belajar yang positif sesuai visi sekolah impian.
6. Dokumentasi Proses dan Hasil
Pelaksanaan Kegiatan
Kereen,,,, mantap pak akbar
Thanks to support...
Perlu diksi yg lebih baik lagi, overall mantap kakanda 👍👍
good pak