3.1.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
“Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik (Teaching kids to count is fine but teaching them what
counts is best)”, Bob Talbert.
Penulis memulai tulisan ini dari sebuah kutipan oleh Bob
Talbert di mana beliau mengatakan bahwa mengajarkan anak menghitung itu baik,
namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik. Dari kutipan
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap proses pembelajaran merupakan hal yang
baik bagi murid akan tetapi prinsip pembelajaran yang paling utama adalah
bagaimana seorang pendidik mengerahkan segenap kemampuannya dalam rangka
memfasilitasi murid mengembangkan potensi dirinya sebagai hal yang utama. Dalam
konteks ini, seorang pendidik harus memainkan perannya sebagai pemimpin
pembelajaran bagi murid, menerapkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut
dalam suatu pengambilan keputusan dan dapat memberikan dampak positif pada
murid sehingga mampu berkontribusi pada proses pembelajaran murid. Sebagai pemimpin
pembelajaran, seorang pendidik menjadi pemimpin yang mendorong wellbeing
ekosistem pendidikan sekolah. Pemimpin Pembelajaran berarti seorang guru atau
pendidik menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang
terkait erat dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar,
asesmen, pengembangan guru serta komunitas sekolah. Seorang guru atau pendidik diharapkan
mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid, dengan
memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang murid.
Dalam kaitannya dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara sebagai
bapak pendidikan nasional ketika mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada
tahun 1922, beliau mencetuskan asas-asas pendidikan yang kerap kita kenal
sebagai Patrap Triloka. Patrap Triloka terdiri atas tiga semboyan yang sampai
saat ini menjadi panutan di dunia pendidikan Indonesia: Ing Ngarso sung Tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani. Umumnya semboyan tersebut
diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun
motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”. Setelah lebih dari sembilan
dasawarsa, semboyan tersebut masih kontekstual di tengah arus globalisasi dan
pendidikan dewasa ini.
Selanjutnya terkait koneksi antar materi pada
modul 3.1.a.9. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ketika
dihubungkan dengan gagasan dari Ki Hajar Dewantara sebagaimana dijelaskan
di atas, memberikan ruang bagi guru dan pendidik untuk menanamkan nilai-nilai pengambilan
keputusan yang senantiasa berorientasi pada murid. Misalnya pada kegiatan
terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator
dalam perjalanan proses pembelajaran pada modul, pengambilan keputusan
senantiasa mengacu pada kebutuhan murid dengan menggunakan berbagai teknik
pengambilan keputusan misalnya dengan menerapkan empat paradigma pengambilan
keputusan, tiga prinsip resolusi dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Dalam rangka menciptakan wellbeing ekosistem sekolah, pengambilan
keputusan yang tepat harus berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman bagi proses perkembangan murid di sekolah.
Konsep dilema etika yang dihadapi dalam rangka
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tentu saja senantiasa ada
mewarnai proses pengambilan keputusan, kesulitan-kesulitan di lingkungan
komunitas menjadikan seorang guru dan pendidik untuk senantiasa bisa
merefleksikan pengambilan keputusan dengan penuh pertimbangan dalam rangka
mencapai kemerdekaan murid. Baik itu kemerdekaan belajarnya maupun hal-hal lain
yang mendukung perkembangan potensi murid kita.
Kesimpulan akhir yang dapat saya ambil dari pembelajaran pada
modul 3.1 ini bahwa proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan
salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan
ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan
institusi yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan
murid-murid di sekolah. Sedangkan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya
yakni bahwa pada modul 3.1 ini menjadi sebuah instrumen bagi guru dan pendidik
dalam rangka mewujudkan paradigma dan visi guru penggerak sebagaimana yang
dipelajari pada modul 1 dan bagaimana menerapkan praktik pembelajaran yang
berpihak pada murid sebagaimana yang dipelajari pada modul 2 pada program
pendidikan guru penggerak ini.
Daftar Pustaka
Kusuma, Oscarina Dewi dan Siti Luthfah. 2020. Program Pendidikan Guru Penggerak, Paket Modul 3; Pengambilan Keputusan
sebagai Pemimpin Pembelajaran. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
https://kelasimpian.com/konsep-pendidikan-ki-hajar-dewantara/
mantav